Influencers palsu

 Di jaman serba internet sekarang, menjadi terkenal di dunia maya bukan hal yang susah. Gimana enggak, cukup dengan foto-foto cantik, dapat banyak followers, bisa deh buka endorse. Gak kayak jaman dulu sebelum ada internet dimana menjadi terkenal harus dilewati dengan keringat dan air mata.Kalo dulu cuma ada istilah kayak selebriti, artis, atau public figure, di era digital sebutan influencer sudah mulai familiar. Bedanya, seorang artis bisa saja menjadi influencer, tapi belum tentu sebaliknya. Influencer adalah sebutan untuk orang-orang yang punya pengaruh terutama di dunia maya dan dari latar belakang yang berbeda-beda, bisa seorang dokter, fotografer, make-up artist, atau siapapun. Selama punya basis followers yang cukup banyak ,konten-konten yang menarik untuk diikuti, dan bisa memberi pengaruh pada followersnya baik dalam hal gaya hidup, cara berpakaian, dan hal apapun, maka sudah layak disebut influencer.

Menjadi influencer adalah dambaan sebagian besar orang, terutama generasi muda, siapa yang enggak mau dapat barang gratis, Bisa jalan-jalan, bisa nyoba restoran baru, dan dibayar? Itu hanya sebagian kecil dari banyak priviledge yang dimiliki seorang influencer. No wonder, kalo banyak orang berlomba-lomba pengen jadi kayak gitu. Sampai ada istilah fake influencer? Apaan tuh? I istilah ini ditujukkan untuk  mereka yang pengen kayak influencer dengan cara pintas, yaitu dengan beli followers biar pengikutnya nambah dengan instant, beli likes, pake jasa tambah komen instagram, biar keliatannya instagramnya aktif dan engagement-nya tinggi padahal zonk.

By the way selain cara pintas tadiada juga cara lain yang lebih niat dan ada usahanya, yaitu pakai metode saling follow. Saling follow ini biasanya dilakukan di sebuah grup, bisa grup di media sosial atau aplikasi messenger dimana anggota grup saling follow satu sama lain dan bertukar likes serta komen. 

Fenomena fake influencers ini gak cuma menyedihkan, tapi juga merugikan pemilik bisnis/brand yang menggunakan jasa mereka. Berikut ini aku jabarin kenapa keberadaan fake influencer ini bisa merugikan untuk sebuah bisnis yang memakai jasa mereka

1.     Tidak ada interaksi tulus antara” influencers” dengan followers

Mereka yang beli followers atau menggunakan metode saling follow pastinya punya kedekatan yang berbeda dengan followersnya dibanding yang punya pengikut organik. Influencers asli punya basis pengikut yang pada dasarnya sudah tertarik dengan orang yang mereka follow, sehingga apapun konten yang dibagikan pasti pengikutnya sukarela memberi likes dan berinteraksi, tidak demikian halnya dengan influencers palsu yang berinteraksi karena unsur transaksional. Pemilik bisnis yang memakai jasa influencer abal-abal ini tentunya gak akan mendapat eksposure yang maksimal untuk bisnisnya dibanding yang menggunakan real influencer.

Saya pernah mengunjungi sebuah akun instagram yang pemiliknya bergabung di sebuah agensi yang menaungi  “influencers”, memang sih likes dan komennya banyak, tapi kalo mau rajin membaca komennya satu persatu, sangat terasa bahwa komentarnya tidak genuine, tidak terlihat seperti komentar yang benar benar tertarik dengan isi kontennya.  Saya telusuri beberapa akun yang meninggalkan komen di postingan tersebut dan turn out, mereka tergabung di agensi yang sama. Entahlah apa agensi itu mewajibkan anggotanya untuk saling likes dan memberi komentar agar engagement-nya terlihat real, yang jelas fenomena seperti ini nyata adanya,

2. Merusak “pasar” influencers

Beberapa pemilik bisnis masih menjadikan jumlah pengikut sebagai patokan memilih influencer, tanpa mengecek bagaimana performa dari akun media sosial si influencer tersebut. Hal ini bisa jadi meminggirkan influencer yang mungkin punya engagement yang lebih baik karena “dikalahkan” oleh mereka yang membeli pengikut.

3. Pesan brand yang tidak tersampaikan dengan baik

Setiap brand pasti mempunyai pesan yang ingin disampaikan dan influencers adalah " penyambung lidah" antara brand dengan target audiens. Ketika brand menggunakan influencer palsu tentunya pesan ini tidak akan sampai sesuai harapan, karena pengikutnya bodong atau sesama fake influencers lainnya. Tentu hal seperti ini menjadi kerugian untuk brand.

Tidak salah kalo banyak yang ingin menjadi influencer karena lahan ini menggiurkan untuk mencari cuan, but keep in mind kalau influncer bukan seseorang yang sekedar memiliki banyak followers, banyak likes, dan konten yang kebanyakan selfie. Influencer adalah seseorang yang memiliki daya tarik lebih dari hanya sekedar good looking. Mereka punya talenta, pengetahuan, dan profesional di bidangnya masing-masing. Influencer dilihat dari besarnya pengaruh figur ini ke pengikutnya, bukan dari besarnya jumlah followers, walaupun keduanya bisa saja terjadi bersamaan. Kalo kamu ingin jadi influncer, caranya bukan dengan menambah followers, tapi menambah konten yang menarik. People follow you for your contents,bukan karena dirimukecuali kamu artis yang kehidupannya selalu menarik untuk dikepoin.

What do you think?



1.    

Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url

About Me

 An introverted overthinker who like to speak her mind through Blog, Instagram, and Twitter