Sudut pandang lain tentang body shaming



Photo by Dids from Pexels

Istilah body shaming belakangan ini makin populer, thanks to internet akhirnya kita semakin akrab dengan istilah istilah asing. Body shaming bisa diartikan sebagai tindakan mempermalukan atau mengejek seseorang lewat komentar yang mengkritik fisik, misalnya "dasar gendut","wah ada kuda nil", atau "kurus banget kayak papan penggilesan." Semua komentar ini termasuk body shaming karena tidak hanya komentar fisik biasa namun ada unsur menghina dan mengejek.

Berkat sosial media juga sekarang kita jadi lebih aware dengan isu ini.Kalo dulu mungkin kita termasuk yang suka basa basi soal berat badan ke teman lama atau dengan enteng mengomentari fisik orang lain, sekarang kita lebih berhati hati demi menjaga perasaan orang lain.

Namun kesadaran akan topik body shaming saat ini tampaknya mencapai level dimana komentar fisik apapun dianggap sebagai body shaming. Kita jadi khawatir menanyakan sesuatu yang berhubungan dengan fisik ke seorang teman karena takut dituduh body shaming. kita berpikir ribuan kali sebelum menanyakan kenapa seorang teman terihat lebih gemuk atau kurus dibanding terakhir kali bertemu. Berusaha keras menyusun pertanyaan agar tidak disalah pahami sebagai body shaming. Kita yang tadinya merasa biasa biasa saja saat ditanya "eh, sekarang gemukan ya", sejak mengenal istilah body shaming, jadi lebih reaktif dengan pertanyaan itu. Rasanya sekarang semua orang jadi lebih sensitif dengan komentar/pertanyaan apapun yang menyangkut fisik. Pokoknya komentar fisik = body shaming. Tidak ada lagi batas yang jelas antara komentar biasa dan komentar dengan maksud menghina.

Saya pernah tidak sengaja melihat foto sebuah akun selebgram cantik dengan pose menawan di instagram. Lalu ada sebuah komentar yang kurang lebih berbunyi "Kak, kalo pake baju motifnya kayak gitu efeknya bikin badan jadi lebih gede." Lalu si komentator menyarankan motif lain yang bisa digunakan untuk memberi ilusi badan lebih ramping. Sebuah komentar biasa, tidak ada hinaan dan dalam pandangan saya juga masih termasuk sopan. Namun saat mengecek balasan komentar tersebut, wow....sungguh mengerikan. Bagai menonton pertarungan gladiator. Balasannya penuh dengan caci maki dan tuduhan body shaming. Tidak sedikit yang menghina fisik si komentator dan membandingkannya dengan  si selebgram yang lebih cantik. Saya meringis membaca balasan balasan barbar tersebut. Apa kita begitu mudah tersinggung di internet sampai komentar seperti itu dianggap body shaming?

Saya tidak mendukung body shaming. It's horrible and we should avoid it at any cost. Tapi kita juga perlu dewasa menanggapi setiap komentar yang berhubungan dengan fisik.Tidak semua komentar fisik patut dilabeli body shaming. Saya jerawatan dan tidak sekali dua orang-orang berkomentar  tentang wajah saya. Namun saya tidak terburu buru mengkategorikan itu sebagai body shaming. Toh memang ada yang 'tidak biasa' di wajah saya dan semua orang bisa melihat itu lalu mereka berkomentar. That's normal. Tidak semua komentar fisik itu body shaming, namun menghina fisik seseorang tentu adalah body shaming..

Akhir kata, ada sebuah quote yang saya temukan dari artikel di internet yang sepertinya cocok untuk topik kali ini

"Just because you don't like someone criticism, doesn't mean they are shaming you."




Next Post Previous Post
2 Comments
  • Kresnoadi DH
    Kresnoadi DH Wednesday, July 24, 2019 at 1:29:00 PM GMT+7

    Bener banget niiih. Malah jadi katro, apa2 dibilang body shaming. Gue pernah muji ke temen, 'Ciyeee dietnya berhasil. Kurusan niih yee.' eh malah sama yang lewat dikasih tatapan: "CIH. BODY SHAMINIG ANDA!"

    • Nona Nurul
      Nona Nurul Wednesday, July 24, 2019 at 6:44:00 PM GMT+7

      serba salah ya 😅

Add Comment
comment url

About Me

 An introverted overthinker who like to speak her mind through Blog, Instagram, and Twitter