Bersyukur tanpa membandingkan
Beberapa waktu lalu saya tidak sengaja melihat sebuah cuitan dari seorang penulis novel terkenal muncul di beranda linimasa twitter saya. Isinya cukup membuat saya menaikkan alis. Walaupun saya paham sepenuhnya apa yang dimaksud oleh si penulis, namun cuitannya sangat mungkin menimbulkan kesalah pahaman. Menilik dari balasan para netijen, banyak yang tidak sepakat dengan isi tulisan tersebut, termasuk saya. Dalam benak saya saat membaca twit tersebut, kenapa sih kita perlu membandingkan diri dulu lalu bersyukur?
Saya yakin setiap orang pasti paham apa itu bersyukur. Bagi saya
bersyukur adalah berterima kasih kepada Tuhan yang telah memberikan segalanya
kepada saya. Saya mengupayakan untuk bersyukur setiap hari. Karena “penyakit”
kita, biasanya baru bisa bersyukur kalau dapat rejeki nomplok atau ditegur
dengan penyakit. Saking terbiasanya
dengan badan yang bugar, bisa bernafas dengan nyaman, mata yang bisa melihat,
kita lupa bahwa semua itu adalah anugrah yang sering terabaikan. We take it for granted. Seandainya Tuhan
menghentikan detak jantung kita 5 detik saja, pasti sudah kelabakan. Karena itu
rasanya sangat perlu untuk bersyukur setiap saat, bukan hanya dimomen momen
tertentu.
Kembali ke isi cuitan twitter di atas, saya juga dulu
termasuk penganut harus selalu melihat ke bawah untuk bersyukur. Memang benar,
membandingkan keadaan saya dengan keadaan orang lain yang tidak seberuntung
saya rasanya adalah cara paling mudah untuk mensyukuri kehidupan saya dan tidak
lagi mengeluh. Namun semakin dewasa, saya sadar bahwa semestinya kita bersyukur
tanpa perlu membandingkan kekurangan yang dimiliki orang lain. Rasanya lebih baik jika kita bersyukur karena
murni berterima kasih kepada Tuhan, bukan karena merasa lebih baik dibanding
sekumpulan orang yang hidupnya lebih prihatin dibanding kita. Saya malah
merasa rendah kalau harus melakukan seperti itu untuk bisa bersyukur.
Saya tidak memungkiri bahwa terkadang perbandingan itu perlu
sebagai pengingat. Ada kalanya kita mengeluh dengan hal hal kecil, susah melihat
kelebihan yang sudah dimiliki. Di saat inilah membandingkan keadaan dengan
kehidupan orang lain yang lebih susah berfungsi sebagai pengingat bahwa keadaan
kita masih lebih baik, dan akan menimbulkan perasaan berterima kasih. Namun rasanya tidak perlu membandingkan
kehidupan dulu baru bersyukur. Tidak harus berada di kondisi tertentu dulu
lantas bersyukur. Bersyukurlah tanpa syarat. Bersyukurlah tanpa perlu membandingkan. Gratitude for the sake of gratitude.