Belajar dari kisruh kasus Mario Teguh
Rame rame kasus seorang motivator kenamaan di Indonesia yang digugat sama orang orang dari masa lalunya menggelitik saya buat bikin tulisan ini. Sebenarnya saya gak terlalu ngikutin kasus ini sih, tapi pemberitaan bertubi tubi di televisi dan sosial media bikin saya cukup ngeh sama alur ceritanya. Dan dibalik drama keluarga ini, ada beberapa pembelajaran yang bisa kita petik, diantaranya :
1.
Berdamai dengan masa lalu bukan hal yang
mudah
It’s easier said than done. Mario
teguh yang kerap mendengungkan untuk berdamai dengan masa lalu dihampir setiap acara motivasinya maupun sosial medianya
nyatanya belum mampu menunjukkan seperti apa harusnya berdamai dengan masa lalu
dan diri sendiri. Terlihat bagaimana reaksi
beliau dalam menceritakan kembali kisah pengkhianatan sang pasangan
dimasa lalu yang cukup emosional dan berapi api. Tanpa menafikan perasaan
tersakiti beliau yang memang sulit untuk dikubur begitu saja ( kalaupun benar
pengkhianatan itu terjadi,), sepertinya seorang Mario teguh belum mampu mengaplikasikan
petuah bijak yang sering ia sampaikan itu ke dirinya sendiri.
2.
Bijak itu di perbuatan, bukan diperkataan.
Menyaksikan bagaiman reaktifnya sang
motivator di social media dengan mengunggah postingan yang bukannya meredam
bara permasalahan malahan bagai menyiram bensin dalam kobaran sekam,
menyadarkan saya bahwa kebijaksanaan itu bukan diukur dari apa yang terucap
namun dari tindakan. Memosting foto dan caption yang mengundang netizen untuk
saling adu mulut, tuding menuding rasanya tidak mencerminkan sebuah perilaku
yang bijak. Akan lebih baik jika pak Mario dan timnya memberikan statement
misalnya “kami meminta maaf akan permasalahan yang terjadi, persoalan ini jadi
urusan internal kami dan pihak pihak yang terkait’dan setelah itu silakan
bergerilya dibelakang layar untuk menyelesaikan permasalahan. Bukannya malah
membalas pantun dengan memosting foto anak anak beliau dengan caption yang
memantik kisruh publik “anak saya bernama … dan …., saya tidak punya anak lain
selain kedua anak ini”. Ouch, bukan seperti itu seharusnya seorang motivator
dan penyampai kata motivasi bijak menghadapi permasalahannya.
3.
Image is everything.
Sangat disayangkan acara Golden Ways
yang sudah bertahta selama kurang lebih 10 tahun di televisi akhirnya harus tutup
usia, entah apakah ada hubungannya dengan kasus Mario teguh dan Kiswinar, tapi
tidak bisa dipungkiri kalau permasalahan ini turut mengikis reputasi seorang Mario teguh. Disini kita bisa belajar
bahwa kekhilafan sedikit saja bisa menurunkan nama baik yang sudah susah payah
kita bangun. Walaupun fanpage likesnya masih berjumlah 19 juta lebih dan masih
banyak pengikut setia yang menantikan hadirnya Mario teguh di televisi,
tapi kita tidak bisa denial kalau image beliau
tidak lagi seutuh seperti sebelum kasus ini mencuat ke publik. Sungguh sayang.
Well,tulisan ini bukan untuk menyudutkan salah
satu pihak , walaupun kelihatannya seperti itu. Saya bukan pendukung pihak
manapun karena saya yakin masing masing pihak yang terlibat punya “porsi”
salahnya masing masing. Saya cuma pengamat yang mencoba mengambil pembelajaran
dari berbagai hal yang terjadi disekitar.
Akhir kata, tidak afdol rasanya kalo
tidak menutup tulisan ini dengan salah satu quote bijak dari Mario teguh
“Engkau disebut dewasa jika menyadari
bahwa tidak setiap ajakan untuk bertengkar kau layani. Dan engkau disebut
bijak jika mampu mengatasi pertengkaran melalui kesabaran dan persahabatan.”